Testing

INTERNAL MANAGEMENT TOOLS AND PERFORMANCE MANAGEMENT

June 15, 2018 - Indra Jaya

Dalam rangka mempertanggungjawabkan realisasi kinerja, sebenarnya hal ini sudah diakomodasi oleh pencatatan akuntansi. Metode tersebut mencatat kegiatan-kegiatan ekonomis (penjualan, pembelian, beban-beban, dsb.) yang telah dilakukan oleh perusahaan. Dengan demikian, prestasi perusahaan dalam hal mencari profit dan memanfaatkan aset, hutang dan ekuitas (modal) yang dimiliki juga sudah digambarkan pada laporan keuangan.

Namun akuntansi hanya mencatat apa yang sudah dikerjakan (historical base) dari sudut pandang keuangan. Perlu diketahui bahwa indikator kinerja yang baik tidak hanya bergantung kepada indikator-indikator keuangan, namun juga faktor-faktor kuantitatif lainnya dan faktor-faktor kualitatif. Indikator-indikator kualitatif harus ditransformasikan ke dalam skor-skor tertentu agar kinerja dapat diukur. Contoh-contoh indikator ini antara lain time consuming, job satisfaction, team-mate satisfaction, followers satisfaction, manager’s satisfaction, the number of job rotation, the rate of workers turn-over dan lain-lain. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa metode akuntansi tidak mungkin mampu secara signifikan menjadi alat pengendali dan pengukur tugas dan tanggung jawab di setiap divisi sehingga membutuhkan alat-alat manajemen tambahan lainnya.

Indikator-indikator yang diintegrasikan dengan internal business process (dalam bentuk bagan ataupun tulisan) akan dikaitkan sehingga sesuai dengan visi, misi dan core strategy dengan bantuan peta strategi. Internal business process merupakan salah satu muatan dalam SOP yang mampu menjanjikan waktu, kepastian, efisiensi dan dokumentasi sebagai bukti kerja. Setelah dihubungkan, seluruh indikator akan diberikan bobot berdasarkan seberapa kuat pengaruhnya terhadap core strategy dan goals. Faktor-faktor yang kuat mempengaruhinya menjadi key performance indicators.

Penting untuk diketahui bahwa key performance indicators merupakan cara terbaik untuk menghubungkan niat dasar para founders dan key investors ketika mendirikan perusahaan. Diketahui pula bahwa terkadang financial profit tidak dicapai dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang diyakini para founders-nya walupun profit terlihat sangat penting bagi perusahaan. Hal ini terdiri dari inspirasi-inspirasi, etika-etika dan norma-norma fundamental para founders dan TCWG yang tertulis dalam visi, misi, core values, core objectives dan core strategy. Hal ini tentunya akan bertentangan dengan semangat mencari profit dan berisiko konflik yang tidak membangun (destructive conflict) karena adanya perbedaan pandangan antara founders, investors, key players dan pegawai-pegawai lainnya (bahkan supplier dan konsumen). Inilah sebabnya mengapa setiap perusahaan membutuhkan BSC sebagai salah satu alat manajemen.

Copyright KAP GPAA